Jumat, 25 Desember 2009

Basa Walikan Yogyakarta


Bagi masyarakat Yogyakarta, basa (baca boso) atau bahasa walikan (prokem) sangat populer. Informasi pertama yang pernah saya terima adalah bahasa walikan ini sering digunakan oleh kaum “gali” atau “bromocorah” (prokem) di sekitar era tahun 1960an.. pada saat itu beberapa preman sering membicarakan antar preman dengan kata kata yang di sandikan untuk menghindari polisi. Gara gara hal tersebut akhirnya merebak sampai dengan saat ini. Akan tetapi beberapa anak yogyakarta sendiri terkadang juga tidak mengetahui tentang apa makna dibalik kata tersebut.

Informasi kedua yang saya terima kemudian adalah bahwa konon basa walikan mula pertama dipakai oleh para pejuang gerilyawan RI untuk menjaga rahasia komunikasi mereka agar tidak bocor ke tangan NICA. Perkembangan saat ini menjadi semakin unik karena digunakan sebagai bahasa gaul anak muda Yogyakarta

Pada intinya, bahasa ini merupakan hasil proses kombinasi dari mengutak-atik aksara jawa. Aksara jawa baris 1 ditukar dengan baris 3, baris 2 dengan baris 4, dan sebaliknya baris 3 dengan 1, baris 4 dengan 2. Sedangkan kolom dan sandangannya sama.

Ha Na Ca Ra Ka
Da Ta Sa Wa La
Pa Dha Ja Ya Nya
Ma Ga Ba Tha Nga

Huruf vokal megikuti dengan huruf vokal seperti kata aslinya. Contohnya kata dagadu merupakan sebuah kata bahasa walikan yang aslinya adalah :
kata “ma” = baris keempat kolom pertama
kata “ta” = baris kedua kolom ke dua
kata “mu” = baris keempat kolom pertama
da-ga-du = ma-ta-mu
kata “da” = baris kedua kolom pertama
kata “ga” = baris keempat kolom ke dua
kata “du” = baris kedua kolom pertama dengan vokal “u”

Jika sebuah anak kata jatuh pada baris pertama misalnya kata “hari”, maka anak kata “ha” harus menggunakan kata pada dua baris dibawahnya pada kolom yang sama, “ Ha” menjadi “Pa”, “Ri” menjadi “Yi”, huruf “i” pada “Ri” merubah “Ya” menjadi “Yi”. Hasilnya adalah “Hari” menjadi “Payi”
Semua kata awal huruf vokal misalnya a-i-u-e-o ditambah awalan “P”, misalnya kata dalam bahasa jawa “iso” (bisa) menjadi “I” + awalan “p” menjadi “Pi”, sedangkan “So” padanan dengan “Sa” turun dua baris kebawah menjadi “Ba” kemudian berubah menjadi “Bo”, maka “iso” berubah menjadi “Pibo” dan begitu seterusnya.

tuladha (contoh) :
kowé (kamu) = nyothé
turu (tidur) = gunyu
mangan (makan) = daladh
ayu (cantik) = paru
mas (kakak) = dab
matamu = dagadu

Biasanya basa “walikan” ini lebih sering menggunakan bahasa jawa sehari-hari dengan menggunakan kalimat-kalimat singkat seperti : “Aku ora ngerti” (saya tidak mengerti) = “panyu poya lesgi”
Telaahan diatas hanyalah salah satu contoh dari sekian banyaknya bahasa kelompok yang ada di Indonesia, tentu saja bukan untuk diperdebatkusirkan, hanya sekedar sebagai wawasan saja, yang paling utama adalah bagaimana kita sebagai anak bangsa menjunjung tinggi bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar